Rss Feed
  1. Sajak Jeda

    Selasa, 07 Oktober 2014

    Kadang aku memberi jeda pada kita agar kita saling merindu dan merangkai nama dalam doa. 

    Doa yg dulu pernah menguatkan kita.

    Aku memberi jeda bukan karena aku marah bahkan membenci kalian. 

    Tetapi aku ingin kita saling mencari.

    Bertanya kenapa dan ada apa dengan kita.

    Andai saja kita tau, tanpa kalian maka jalan akan semakin terjal untuk didaki.

    Bahwa tanpa kalian, kita bagaikan busur panah yg tidak tau dimana arah melesat.

    Andai saja kita tau meski tanpa dikatakan kita percaya, bahwa kita adalah bagian penting yg menjadi pondasi dakwah ini.

    Ayo kembali kemari, mari berjalan bersama-sama, dekap kami dan genggam kami disaat ragu.

    Yakinkan ada kalian yang selalu mendoakan dan menemani.

  2. Demi Sebuah Ampunan

    Senin, 06 Oktober 2014


    Langit memuji Yang Maha Pengasih
    Bumi menyerta bertasbih
    Bagaimana dengan manusia
    Yang selalu berbuat sia - sia

    Dunia hanya hiasan
    Sebagai tempat naungan
    Menipu berbagai angan
    Sementara akhirat kekal nian

    Dalam seruan azan…
    Setiap hamba berlomba ke depan
    Mengangkat kedua tangan
    Demi sebuah ampunan

  3. Allah Menuntut Hamba-Nya Berusaha

    Rabu, 06 Agustus 2014

    Allah banyak menyebut dalam Al-Qur'an kejadian di waktu yang akan datang begitu pula hadits Rasulullah. Hari kiamat, perang akhir zaman, turunnya dajjal dan sebagainya. Namun tidak pernah setelah itu Allah menyebutkan kapan tepatnya terjadi peristiwa-peristiwa tersebut. Sebagaimana Allah menjanjikan bahwa Syam akan dikuasai umat Islam, lantas tidaklah Allah menyebutkan kapan terjadinya. Maka terdapat sesuatu yang bisa diambil sebagai pelajaran. Apa itu?

    Sesungguhnya Allah hanyalah memberikan sedikit bocoran untuk memotivasi. Perkara terjadinya kapan itulah tergantung usaha manusia. Rasulullah telah bersabda bahwa Konstantinopel akan dikuasai umat Islam. Namun peristiwa itu terjadi beberapa ratus tahun setelah Rasulullah wafat. Ini bermakna bahwa takdir muallaq yang ditentukan Allah terhadap seorang manusia, juga membutuhkan campur tangan manusia itu sendiri.

    Jika manusia berusaha lebih kuat maka di saat itulah Allah dengan izin-Nya "menjadikan" takdir tersebut sesuai ukuran usaha manusia. Sebagai contoh, Yahudi Zionis Israel dan Palestina akan terus berperang hingga akhir zaman. Saat itulah Yahudi akan jatuh di tangan umat Islam. Namun akhir zaman tersebut kapan? Tentu itu tergantung pada usaha manusia. Andaikan Palestina dan umat Islam lainnya tidak berjuang keras maka yahudi pun tidak akan musnah.

    "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Ar-Ra'd: 11)

  4. Sang Penuntas Mimpi

    Senin, 26 Mei 2014

    Pelaku pembaharuan, siapakah mereka itu? Sebagian orang biasa menamakan mereka dengan pahlawan. Pahlawan, tentu kata ini sangat akrab di telinga kita. Toh, sebagai mahluk yang senang mengagumi, kita tentu dibesarkan dalam kehidupan mengagumi kepahlawanan; mulai dari kepahlawanan di dunia nyata sampai kepahlawanan di dunia maya.

    Sebut saja para pelaku perubahan ini sebagai "sang penuntas mimpi". Nama ini dipilih karena proses perubahan adalah proses penuntasan mimpi.
    Sang penuntas mimpi ini adalah 'sejarah yang tersejarahkan'. Sebetulnya keabadian sejarah kehidupan ataupun momentum kesejarahan (petikan kisah) hakikatnya adalah keabadian jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa yang bermain dalam lakon sejarah itu. Jiwa-jiwa yang berpentas dalam momentum kesejarahan itu. Mereka itulah sebenarnya sejarah yang sebenarnya. Tanpa mereka, sejarah tidak akan menjadi sejarah.

    Sang penuntas mimpi, seperti namanya, sebenarnya adalah mereka yang betugas mengeksekusi impian-impian manusia. Mereka yang menggerakkan mimpi-mimpi kehidupan dari dunia impian ke dunia kenyataan. Mereka yang merealisasikan keinginan-keinginan umat manusia.

    Biasanya, sang penuntas mimpi adalah orang-orang istimewa. Para penuntas mimpi ini tidak sama dengan kebanyakan manusia. Ada yang membuat berbeda. Membuatnya lain daripada yang lain. Kadang jika kita melihat manusia lain tertidur lelap dalam kegelapan malam, kita temukan mereka terbangun karena pikirannya yang kalut memikirkan nasib umat, nasibnya dan pertanggungjawabannya kelak dihadapan Yang Mahakuasa. Kadang kita akan menemukan mereka dalam keheningan ditengah hiruk pikuk kehidupan yang melenakan. Atau sebaliknya menemukan mereka dalam keramaian, mengajarkan kebaikan di tengah keheningan dan kebekuan. Maka, kita akan menemukan model-model kehidupan seperti Umar bin Khattab r.a., yang setiap malam meronda guna mengecek kondisi masyarakat. Atau kehidupan seperti Abdullah bin Abbas r.a. yang menghabiskan siang dan malamnya dalam tarbiyah dan dakwah. Atau pilihan Abu Dzar Al-Ghifari r.a. yang menyendiri guna mempertahankan idealismenya.

    Begitulah, selalu saja sang penuntas mimpi itu hidup dalam OPTIMISME dan KEYAKINAN. Di saat orang lain berpikir pesimis dan beranggapan tidak mungkin. Para penuntas mimpi tidak pernah kehilangan keyakinan bahwa akan selalu ada jalan di balik kebuntuan. Mereka selalu mampu menembus dimensi ketidakmungkinan untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan yang banyak. Inilah yang mungkin menyebabkan para penuntas mimpi selalu menjadi rujukan menuju keberhasilan. Sebab di dalam diri mereka kita akan selalu menemukan potensi-potensi menjanjikan untuk memenangkan kehidupan. Jika orang lain membutuhkan satu jalan kemenangan, mereka tidak pernah memperhatikan seperti apa jalan kemenangan itu. Sebab mereka memiliki ribuan jalan KEMENANGAN!!

    Catatan : diambil dari buku "Menuju Kemenangan dakwah kampus", Ahmad Atian

  5. Wasiat Hasan Al-Banna

    Minggu, 11 Mei 2014

    Saudaraku,

    Janganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim.

    Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan di hari esok.

    Waktu masih panjang dan hasrat akan terwujudnya kedamaian masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan kemaksiatan menghantui mereka.

    Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat.

    Allah swt, berfirman, 

    "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi(mesir) itu hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman serta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu" (Al-Qashash : 5-6)

    Putaran waktu akan memperlihatkan kepada kita peristiwa-peristiwa yang mengejutkan dan memberikan peluang kepada kita untuk berbuat.

    Dunia akan melihat bahwa dakwah kita adalah HIDAYAH, KEMENANGAN, dan KEDAMAIAN, yang dapat menyembuhkan umat dari rasa sakit yang tengah dideritanya.

    Setelah itu tibalah giliran kita untuk memimpin dunia, karena bumi tetap akan berputar dan kejayaan itu akan kembali kepada kita.

    Hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya.

    Bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya esok hari, karena bisa jadi engkau tidak bisa berbuat apa-apa di esok hari.

    Kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti.

    Kita harus terus berbuat dan terus melangkah, karena kita memang tidak mengenal kata "berhenti" dalam berjihad.

    Allah swt.Berfirman,
    "Dan orang-orang yang berjihad untuk(mencari keridhaan) Kami, Sungguh akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami" (Al-Ankabut : 69)

    Hanya Allah-lah dzat yang Mahaagung, bagi-Nya segala puji.

    Sumber : Buku "Bagaimana menyentuh hati", Abbas As-Siisiy

  6. Akan datang suatu masa.

    Aku khawatir terhadap masa itu..

    Dimana keyakinan hanya tinggal di dalam pemikiran.

    Dimana keimanan tak berbekas dalam perbuatan.

    Banyak orang baik tapi tak berakal.

    Ada pula yang berakal tapi tak beriman.

    Ada yang lidahnya fasih tapi hatinya lalai.

    Ada pula yang khusyu' tapi sibuk menyendiri.

    Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.

    Ada pula ahli maksiat tapi rendah hati.

    Ada yang bahagia tertawa tapi hatinya berkarat.

    Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat.

    Ada pula yang sedih menangis tapi kufur nikmat.

    Ada pula yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut.

    Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan.

    Ada yang memiliki ilmu tapi tidak paham.

    Dan di antara semua itu, di manakah aku berada?

    ~Ali bin Abi Thalib ra.

  7. Amanah Itu...

    Kamis, 08 Mei 2014

    Sejatinya amanah itu,
    Bukan karena kamu mampu,
    Bukan pula karena mereka merasa kamu mampu,
    Bukan karena kamu tau kapasitasmu,
    Bukan pula karena mereka tau kapasitasmu,
    Dan jangan sampai pula karena kemauanmu,
    Amanah itu kehendak Allah,
    Rencana Allah SWT atas kehidupanmu.

    Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu,
    Berhimpun untuk menjauhkanmu dari amanah itu,
    Jika Allah tau itu yang terbaik bagimu,
    Maka Dia berikan amanah itu kepadamu.
    Bahkan sekiranya semua orang di sekitarmu,
    Bersepakat menyatakan bahwa kamu tak mampu,
    Jika Allah tau amanah itu jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitasmu,
    Maka Dia berikan amanah itu kepadamu.

    Bahkan sekiranya seluruh aibmu, 
    Seketika memenuhi pikiranmu dan menghentikan langkahmu karena ragu,
    Jika Allah tau amanah itu akan membuatmu menjadi hamba yang semakin baik dan semakin dekat dengan-Nya,
    Maka Dia berikan amanah itu kepadamu.

    Percayalah, ada rencana terbaik yang telah Allah siapkan, 
    Sikapilah dengan ikhtiar terbaik yang kamu lakukan,
    Serta pertanggungjawaban terbaik yang bisa kamu siapkan.

    Sekali lagi, ini bukanlah tentang kamu dan mereka.
    Melainkan TENTANG KAMU DAN DIA. 
    Dan melangkahlah dengan percaya,
    Bahwa bersama-Nya semuanya akan baik-baik saja.

    Catatan : Nasihat dari sahabat

  8. Inilah Da'wah

    Selasa, 06 Mei 2014

    Inilah da’wah. Dan kau lemah? Jangan. Bangkitlah!

    Belum seluruh harta kau infakkan seperti Abu Bakar. Belum seberani Ali bin Abi Thalib yang menggantikan jasad Rasul saw ketika beliau dikejar musuh-musuh Allah. Belum setangkas Kholid bin Walid yang senantiasa bergegas menyambut seruan jihad di medan laga.

    Beginilah da’wah. Dan kau lelah? Tidak. Semangatlah!

    Sebab perhentian kita bukan di dunia. Sebab istirahat kita hanya di jannah. Sebab musuh-musuh Allah tak akan puas sebelum Diin ini padam cahayanya. Sebab jika bukan engkau, siapa lagi yang kan mengembalikan binar kemenangan di masa silam?

    Ya. Inilah da’wah. Jika kau lelah, berhentilah.
    Tapi tidak berlama-lama.
    Tapi tidak berleha-leha.

    Sebab wajib kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. Sebab panji-panji itu telah terbai’at dalam kesungguhan jiwa yang setia. Sebab engkaulah singa yang siangnya berjihad tak kenal lelah. Sebab engkaulah rabbi yang malamnya padat dengan munajat.

    Sebab engkaulah Abu Bakar itu! Engkaulah Khalid bin Walid! Engkaulah Shalahudin Al-Ayyubi! Engkaulah Yahya Ayyash, Imad Aqil, Muhammad Farahat, dan jutaan pahlawan Al Islam!

    Jika kau lelah dalam da’wah Berhentilah. Sebentar. Sejenak saja.

    Berhenti untuk mencari kekuatan diri. Berhenti untuk menata ulang segala fikir, langkah dan hati. Dan setelah kuat itu terhimpun, bangun segera! Bangkitlah tuk kembali ke medan jihad yang nyata. Lawan nafsumu, bakar ghirohmu! Dan songsonglah jayanya cahaya Islam-mu, Atau kita buat janji untuk bersama berjumpa di surga, melalui syahid di jalan-Nya! 

    Allahu akbar!!! :)

    Catatan : Copy dari grup sebelah

  9. Baru kemarin aku dapati invitation ke sebuah grup line berisikan orang-orang yang pernah bersamaku di masa lalu. SD, sekolah dasar yang aku cintai. Begitu banyak kenangan yang kudapatkan dari sana. Kenangan masa kecil yang masih polos senang bermain juga malas belajar.

    Ketika kulihat siapa saja orang-orang di dalamnya,

    Aku ingat persis siapa saja mulai dari rupa, sifat, hingga rajin malasnya.
    Aku ingat persis bagaimana mereka yang masih lugu mencoba mendewasakan diri.
    Aku ingat persis bagaimana rasa sayang mereka kepada para guru dulu.
    Aku ingat persis bagaimana mereka masuk telat, tidur, bercanda, hingga membuat onar di kelas.
    Aku ingat persis ekspresi para guru menghadapi mereka. Kepada yang rajin, pintar, malas, dan bandel.

    Lalu beberapa saat setelahnya muncullah rasa sedih.
    Mengapa aku sedih? Aku lihat foto profil orang-orang yang dulu adalah teman satu SD-ku dulu, gaya bahasa yang digunakan, dan sikap yang ditonjolkan. Kemudian aku dapati mereka berubah total 360ยบ dari masa SD dulu.

    Tetapi untuk apa aku sedih melihatnya? Bukankah itu wajar saja kalau seseorang berubah total setelah sekian lama?
    Ini belumlah menjawab pertanyaan mengapa aku sedih. Kemudian aku bandingkan gambaran mereka di masa dulu dengan yang sekarang sampai-sampai kulihat buku tahunan dulu.

    Inilah bentuk konkrit perubahan yang terjadi,

    Ada yang dulunya polos dan jarang bergaul, sekarang menjadi percaya diri namun berlebihan. Berlebihan hingga berani menampakkan perhiasannya, yakni auratnya.
    Ada yang dulunya pendiam tidak banyak bicara, sekarang menjadi banyak bicara namun bicaranya terhias kata-kata yang kurang baik (dog, swine, sh*t, dkk).
    Ada yang dulunya anak bandel di sekolah, sekarang menjadi anak bandel di bar dan tempat ikhtilat.
    Ada yang dulunya anak rajin di sekolah, sekarang menjadi anak malas di kampus.
    Ada yang dulunya menenangkan, sekarang menjadi menyakitkan.

    Lalu beberapa saat setelahnya muncullah rasa bersyukur.
    Mengapa aku bersyukur? Lebih tepatnya adalah MENGAPA KITA HARUS BERSYUKUR?
    Ya, kita tentu sadar bahwa kita masih mempedulikan diri.

    Mempedulikan diri kita sendiri? Maksudnya?
    Maksudnya disini adalah kita masih mengingat bahwa kita seorang hamba Tuhan.
    Ya, hamba Allah. Kita orang yang punya agama. Agama yang paling sempurna pastinya yang kita yakini, Al-Islam, agama yang haq. Dan semua itu tak mungkin terjadi pada kita tanpa hidayah dari Allah.

    Sekelumit fenomena di atas hanyalah sebagai gambaran untuk kita dalam kesempatan kali ini. Sekarang mari kita ke pembahasan utama. Yakni perbedaan antara orang-orang yang beruntung, merugi, dan celaka yang tertulis di judul.

    Orang yang beruntung adalah orang yang menjadi lebih baik daripada ia di masa lalunya.
    Orang yang merugi adalah orang yang tak menjadi lebih baik daripada ia di masa lalunya.
    Orang yang celaka adalah orang yang menjadi lebih buruk daripada ia di masa lalunya.

    Maka sampailah pada poin terpenting bagi kita setelah ini. Untuk menghisab dan menyadari TERMASUK GOLONGAN YANG MANA KITA SEKARANG?

    Sungguh, hidayah Allah nikmat rasanya, tiada terganti.
    Sungguh, hidayah Allah nikmat rasanya, kitalah pilihan-Nya dari sekian banyak orang yang terlalu tenggelam dalam dunia fana namun lalai akan dunia akhirat.
    Sungguh, hidayah Allah nikmat rasanya, kitalah pilihan-Nya di MT Al-Khawarizmi ini.
    Berjuanglah akhi ukhti fillah, dan mohonlah kepada Allah untuk menetapkan hati dan badan kita untuk selalu istiqomah di jalan Allah hingga yaumil akhir nanti.

    "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr: 18)

  10. Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

    Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret...
    Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari...

    Awalnya ana tidak pernah mengerti sama sekali 2 paragraf yang diberikan oleh Alm. Ustad Rahmad Abdullah. Dua paragraf yang menjelaskan bahwa harus adanya KESEMPURNAAN NIAT pada diri kita masing-masing untuk memulai perjalanan dakwah ini.

    Melihat pentingnya urgensi NIAT, sampai-sampai Imam Bukhari menempatkan hadist yang berkaitan tentang NIAT di awal kitab shahihnya. sampai-sampai Imam Nawawi menempatkan hadist yang berkaitan tentang NIAT pada urutan pertama dalam 3 bukunya : Riyadus Shalihin, Al-Adzkar dan Al-Arba;in An-Nawawiyah.

    Lalu sebagai saudara...ana hanya ingin mengingatkan kepada antum semua.

    KEMBALI DAN SEMPURNAKAN NIAT AWAL MU!

    Masih ingatkah kata-kata yang antum ucapkan saat ditanya dengan pertanyaan sederhana, "Kenapa kamu mau masuk MT Al-Khawarizmi?" ya masih ingat jelas kata-kata yg kalian ucapkan?, masih terngiang jelas di telinga kata-kata yang keluar dari mulut kalian?

    KEMBALI DAN SEMPURNAKAN NIAT AWAL MU!

    Masih ingatkah antum....bahwa antum ingin menjadi pribadi muslim yang bisa mempelajari dan mengamalkan islam secara kaffah?

    KEMBALI DAN SEMPURNAKAN NIAT AWAL MU!

    Masih ingatkah antum...bahwa antum ingin memiliki teman seperjuangan yang bisa selalu mengingatkan dan nasehat-menasehati antum dalam hal-hal kebaikan?

    KEMBALI DAN SEMPURNAKAN NIAT AWAL MU!

    Masih ingatkah antum...bahwa antum ingin merubah diri, memperbaiki diri, sehingga bisa menjadi orang yang bisa memberi manfaat dimanapun kita berada?

    KEMBALI DAN SEMPURNAKAN NIAT AWAL MU!

    Masih ingatkah antum...bahwa antum begitu bersemangat ingin mengajak orang-orang untuk memasuki jalan yang kita tempuh?

    KEMBALI DAN SEMPURNAKAN NIAT AWAL MU!

    Masih ingatkah antum...bahwa antum ingin kejayaan islam kembali seperti zaman Rasulullah? 

    KEMBALI DAN SEMPURNAKAN NIAT AWAL MU!

    Ya..mungkin kita lupa dengan NIAT AWAL kita karena begitu banyak beban dakwah yang kita emban.

    Ya..mungkin kita lupa MENYEMPURNAKAN NIAT kita karena seringnya terjatuh oleh kerikil tajam yang bertebaran di jalan ini.

    Maka, KEMBALILAH KEPADA ALLAH dengan segala energi yang kita punya.
    Jika energi antum banyak, maka KEMBALILAH KEPADA ALLAH dengan berlari.
    Jika energi antum sedikit maka KEMBALILAH KEPADA ALLAH dengan berjalan meskipun dengan kondisi gontai.
    Jika antum tidak mempunyai energi sama sekali maka KEMBALILAH KEPADA ALLAH meskipun antum harus merangkak.

    Ya KEMBALILAH KEPADA ALLAH.
    Bacalah qur'an yang terkadang kita sering lalaikan.
    Bacalah buku-buku islam yang mungkin belum kita sentuh.
    Dirikanlah sholat malam yang mungkin sering kita abaikan.
    Semoga Allah meringankan jalan yg kita tempuh dan mempererat UKHUWAH kita. 

    Referensi dari buku Al-Wafi, Syarah Kitab Arba'in An-Nawawiyah, Dr.Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyiddin Mistu.